30 September 2007

Hari Ini, Sepiring Berdua

'Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?'' (QS. Al-Qashash : 60) Suatu ketika seorang suami pulang dari kantor membawa sekotak nasi. Ia disambut oleh istrinya yang sedang hamil anak pertamanya. Dengan perasaan bersalah, sang suami menatap sedih dan segera menyodorkan kotak itu kepada istrinya "Bunda, hari ini kita makan sepiring berdua yah!". Sekalipun sang istri seharian baru makan nasi sisa dari malam sebelumnya, ditambah lauk mentega, ia dengan sabar menjawab, "Iya tidak apa-apa.

Tapi kasihan ayah, kan hari ini puasa...". Sang suami itu pun membalasnya dengan tenang untuk menutupi dan menahan rasa sedihnya menghadapi ujian rezeki kala itu. "Alhamdulillah, ini yang kita dapatkan hari ini". Sedangkan pikirannya sudah terisi kegundahan, apa yang akan dimakan esok hari. Begitulah salah satu gambaran nuansa kehidupan sebuah keluarga. Ada kalanya sebuah keluarga mengalami masa-masa kekurangan dan kesempitan. Terlebih lagi bagi mereka yang mengawali rumah tangga dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas. Hidup yang memprihatinkan harus dijalani dengan pengorbanan dan kemampuan 'berhitung' terhadap pengeluaran dan pemasukan.

Berdirinya sebuah rumah tangga dapat diawali dengan adanya kesepakatan pasangan terhadap berbagai hal. Yang terpenting, masing-masing dapat menjaga citra diri demi berlangsungnya pernikahan. Semangat ini pun mesti dibalut dengan keyakinan bahwa rezeki pasti akan diperoleh. Meski demikian, setelah akad nikah, dalam perjalanan hidup rumah tangga, komitmen yang telah disepakati tak jarang berubah menjadi hal yang berbeda. Selain karena perubahanan waktu dan suasana, keinginan dan harapan yang ada akan mengarahkan pada sesuatu yang lebih ideal untuk diwujudkan. Bahkan hal-hal yang dulu tidak sempat kita pikirkan, satu per satu akan mulai tampak.

Yaitu, mulai dari sifat, sikap, dan kemampuan pasangan dalam menghadapi dan mengelola hiruk pikuk rumah tangga. Masalah-masalah yang sebenarnya sepele, sangat mungkin menimbulkan permasalahan sehingga memicu ketidakharmonisan hubungan antara suami istri. Pasangan suami istri yang tengah menghadapi ujian seperti itu, sebaiknya menengok kembali kesepakatan yang pernah dibuat bersama dengan penuh tanggung jawab. Tidak saling menyalahkan atau bahkan membebankan dan menuntut kepada suami atau mencari kesalahan dan sebab akibat kepada istri, merupakan salah satu alternatif solusi terbaik. Dalam rumah tangga tak mungkin antara suami dan istri hidup hanya berdasarkan kebutuhan dan keputusan masing-masing. Semuanya harus bersama siap menghadapi berbagai risiko.

Nikmati sebuah 'tim kerja' yang diikat oleh ikatan hati dan semangat dalam kebersamaan. Dalam keadaan yang tak nyaman inilah menjadi saat tepat untuk memperbaharui komitmen dan membuat rencana kedepan yang lebih matang. Mulailah membangun indahnya kebersamaan penuh kesabaran. Terimalah keadaan dengan menikmatinya dan berbahagia dengan apa yang ada. Janganlah ragu untuk menahan diri dari meminta dan berharap dari orang lain. Pertahankan harga diri bersama-sama, sekalipun harus makan sepiring berdua atau menahan lapar bersama-sama. Curahkan isi hati kepada orang-orang yang bijak dan memiliki ilmu. Masukan pendapat orang lain tak jarang akan membuat cara kita berpikir dan bertindak lebih memiliki nilai ilmu daripada mengedepankan emosional.

Semuanya itu tak pelak pada akhirnya akan mengantarkan kita lebih mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Tambahkan kekuatan semangat dalam menjalani kehidupan dengan terus mendekat kepada pemilik kehidupan ini dalam rangkaian ikhtiar kita. Ringankan hati dengan terus berupaya berbaik sangka terhadap semua yang terjadi pada diri kita. Sadarilah bahwa episode yang terlewati merupakan jalan mematangkan dan memuliakan diri kita di hadapan-Nya. Dalam situasi apapun, bila kita telah memperbaiki komitmen, maka tak ada sesuatu hal yang sulit dan menyedihkan. Sebab kita akan mengetahui arti senang ketika telah merasakan kesedihan. Maka janganlah sedih bila hari ini makan malam kita hanya sepiring berdua. Wallahu'alam.

( Mahyudin Purwanto )

No comments: