30 September 2007

Menyikapi Godaan

Puasa adalah suatu bentuk latihan spiritual yang dapat mengubah kualitas kepribadian seorang Muslim dari sekadar ''paham dan yakin'' (beriman) menjadi ''terkendali'' (bertakwa). Tentunya untuk menuju ke arah bertakwa tidak sekadar menahan lapar, dahaga, dan hubungan seks. Akan tetapi, harus mampu mengendalikan godaan-godaan duniawi. Baik berupa harta, keluarga, atau jabatan yang kita miliki.

Dalam hadis, Rasulullah bersabda, ''Tidak ada seorang pun yang berjalan di air kecuali tumitnya pasti basah. Demikian pula orang yang memiliki duniawi, ia tidak bisa selamat dari dosa-dosa.'' (HR Baihaqi dari Anas). Hadis ini menerangkan bahwa setiap manusia tidak luput dari godaan-godaan duniawi yang bermuara kepada dosa. Hal ini karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi; jasmani dan rohani.

Unsur jasmani manusia berasal dari tanah, yang selalu mengajak manusia untuk memenuhi hawa nafsu. Sedangkan unsur rohaninya adalah ruh yang ditiupkan oleh Allah kepadanya. Oleh karena berasal dari Tuhan, maka ia selalu mengajak manusia untuk meredam pengaruh jasmani dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

Pada hakikatnya, kekotoran jiwa yang dialami manusia tidaklah permanen. Ini karena fitrah dan asal kejadian manusia adalah suci dan mulia. Hanya saja, pada diri manusia itu terdapat potensi-potensi yang bisa menodai jiwa yang suci. Maka, ketika noda-noda itu mulai menempel pada ''kertas putih'' jiwa, haruslah ia segera menyucikan dirinya dengan bertobat.

Dalam bertobat ini ia harus meningkatkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak yang buruk pada dasarnya timbul karena ada syahwat atau godaan keinginan duniawi yang dapat menjadikan manusia melupakan Allah. Di antara hal tersebut adalah lawan jenis, harta, kekuasaan, dan kecintaan kepada pujian.

Apabila seorang manusia telah tergoda oleh syahwatnya, maka ia akan lebih mementingkan dirinya sendiri. Kemudian jika keinginan ini bergesekan dengan keinginan yang sama dari manusia lainnya, maka timbullah dendam, kemarahan, dan kebencian antara satu dan yang lain. Sifat-sifat buruk inilah yang harus dibuang dari sifat manusia. Dalam bahasa agama, usaha untuk mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk adalah ber-takhalli.

Hendaknya, Ramadhan kali ini kita bisa menghiasi jiwa ini dengan menanamkan iman kepada Allah dan menanamkan sifat-sifat keutamaan dalam diri sehingga dipenuhi sifat kebaikan. Seluruh sifat kebaikan ini akan menjadi ''penghapus'' noda dan kotoran dosa yang telah diperbuat sebelumnya. Rasulullah bersabda, ''Dan ikutkanlah kebaikan atas kejahatan sebagai penghapus baginya.''

Mudah-mudahan Ramadhan kali ini, kita mampu meyikapi segala godaan duniawi, sehingga dapat menggapai derajat muttaqin.

No comments: