19 September 2007

Ramadhan 1428 H

Hakikat shaum (puasa) sesungguhnya bukanlah hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, akan tetapi menahan diri dari ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak ada manfaatnya. Bahkan juga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain. Itulah sebagian dari pesan Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin puasanya diterima Allah SWT (HR Ibn Huzaimah, Ibn Hibban, dan al-Hakim).

Pada umumnya orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum syariah. Akan tetapi, banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan diri dari hal-hal yang mereduksi dan bahkan merusak pahala dari puasa yang kita lakukan. Pertama, ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk memperbaikinya. Tetapi hanya agar orang lain tahu, bahwa seseorang itu memiliki aib dan keburukan.

Kedua, memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya. Seperti ingin memanfaatkan jabatan dan kedudukannya untuk memperkaya dirinya, terus-menerus melakukan korupsi, mengurangi takaran dan timbangan, mempersulit orang lain, melakukan suap-menyuap atau pun perbuatan buruk lainnya. Dan jika hal itu semua dilakukan, maka perbuatan tersebut dapat mereduksi, bahkan juga dapat menghilangkan pahala serta nilai-nilai puasa itu sendiri.

Ketiga, sama sekali tidak memiliki empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain, yang sedang mengalami kelaparan, penderitaan; miskin dan tidak mampu serta tidak memiliki apa-apa. Orang yang berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan bakhil, maka nilai puasanya akan direduksi bahkan dihilangkan oleh Allah SWT.

Oleh karena itu, mari kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriyah (tidak makan dan minum), maupun juga mempuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk. Latihlah pikiran dan hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai dengan kepekaan sosial yang semakin tinggi, dan berusaha membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

No comments: